Belum lama ini, saya menerima email yang mengkritik tentang sebuah lagu anak-anak lama berjudul "Balonku". Menurut si pengirim email, lagu tersebut adalah usaha pembodohan terhadap kita. Namun menurut saya, justru email hoax tersebut justru yang melakukan usaha pembodohan.
Syair lagu "Balonku" menurut email hoax tersebut adalah:
Balonku ada lima
rupa-rupa warnanya
merah kuning kelabu
merah muda dan biru
Meletus balon hijau
..................................
kemudian si pengirim email, atau mungkin lebih tepat si pembuat email, mempertanyakan, bagaimana bisa yang meletus balon hijau, padahal dalam daftar pada bait sebelumnya tidak ada balon berwarna hijau?
Kalau saya berhadapan langsung dengan si pembuat hoax, akan saya berikan syair yang benar dari lagu tersebut:
Balonku ada lima
rupa-rupa warnanya
hijau kuning kelabu
merah muda dan biru
Meletus balon hijau
..................................
Lihat? Ada warna yang diubah oleh si pembuat email hoax tersebut! Dan lagi, jika yang benar adalah syair pertama (dari email hoax tersebut), bukankah sudah ada warna merah di baris ke tiga, kenapa pula harus ditambahkan dengan warna merah muda di baris ke tiga? Tidakkan itu adalah pemborosan?
Saya amat menghormati pencipta lagu Balonku tersebut. Tidak mudah membuat sebuah lagu yang berkualitas, namun mudah dicerna oleh pikiran anak-anak, dan memakai bahasa anak-anak. Anda bisa membuat lagu macam itu?
Masih banyak email hoax yang lainnya. Dan beberapa dari mereka, masuk ke inbox email saya, sampai beberapa kali, dari beberapa orang yang berbeda.
Saya tidak tahu, maksud terselubung dari si pembuat email sampah tersebut. Tapi saya bisa bilang bahwa orang tersebut adalah orang yang tidak punya kualitas! Email-email hoax macam itu justru adalah usaha pembodohan, karena menggiring pembacanya dengan pengertian yang salah, dengan gaya bahasa yang sungguh meyakinkan.
Namun yang membuat saya lebih bersedih adalah bahwa ternyata, teman-teman saya, dengan sukarela mem-forward email tersebut ke alamat-alamat email teman-teman yang dikenalnya, tanpa berfikir panjang terlebih dahulu. Saya hanya ingin mengingatkan pada Anda, sebelum Anda mem-forward email kepada orang lain, pikirkanlah dulu dampaknya. Pikirkan dulu berulang kali, dan pastikan bahwa informasi yang terkandung dalam email tersebut adalah benar, sebelum Anda mengirimkannya kepada orang lain. Anda tentu tidak ingin ikut disebut sebagai orang bodoh kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar